<marquee>SELAMAT DATANG DIBLOG IWAN SUPRIA</marquee>

<marquee>

Ketika mulut-mulut dikunci

</marquee>

Comments

  1. "Akan datang hari mulut dikunci, kata - tak ada lagi. Akan tiba masa, tak ada suara, dari mulut kita. Terkadang tangan kita, entah apa yang dilakukannya...".

    Demikianlah penggalan syair lagu alm. Chrisye, yang mengutip maw'izhoh dari Al-Qur'anul Karim.

    Setelah kumandang sangkakala kedua, maka seluruh makhluk -yang telah dimatikan pada sangkakala pertama- dibangkitkan kembali dari kubur, menghadap kepada Allah swt.

    Mereka seluruhnya akan dikumpulkan di sebuah tempat yang sangat luas yaitu, Padang Mahsyar.

    Setiap yang pernah berlaku zhalim akan diadili di sini. Di mahkamah ini, tanpa ada yang bisa menolong dan melakukan intervensi. Keadilan diputuskan dengan haq.

    Mengapa memukul orang tak bersalah?, mengapa tidak membayarkan upah? Mengapa melanggar perintah Allah swt? mengapa tidak membimbing anak untuk beribadah?

    Mengapa menganiaya hewan? Mengapa dan mengapa? Alangkah banyak pertanyaan dan persoalan yang harus dijawab setiap insan.

    Lalu ketika orang-orang yang berdosa masih saja berkelit, maka: "Pada hari ini, kami kunci mulut-mulut mereka. Lalu tangan-tangan mereka akan berbicara dan kaki-kaki mereka akan memberikan kesaksian tentang apa-apa yang pernah mereka kerjakan" QS Yasin: 65.

    Saking banyaknya perkara –yang mesti diadili- baik antara manusia dengan Rabb mereka, serta persoalan antara sesama manusia, maka masa hisab tersebut memakan waktu hingga ratusan ribu tahun lamanya.

    Kemudian manusia akan digiring ke jembatan shirotal mustaqiim, hingga orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dimasukkan ke dalam surga dan kaum yang ingkar masuk neraka.

    "Sesungguhnya Allah swt akan menerima taubat seorang hamba, sebelum nyawa sampai di 'yugharghir', di tenggorokan" ~ Hadits Nabi saw.

    Sebelum datang satu masa, dimana mulut tak bisa berkata, tangan mengungkap rahasia dan kaki membeberkan fakta-fakta, marilah membersihkan diri disaat masih ada kesempatan. Taubatan nasuha.

    Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk munajat, memohon ampun dan bertaubat atas segala salah dan lalai kepada Yang Maha Pencipta, Allah swt.

    Sungguh –kalian dapati- bahwa Allah swt adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika masih ada sangkut paut persoalan dengan manusia, selesaikan hari ini, selagi masih bisa.

    Mohon maaf atas kesalahan, penuhi kewajiban, lunasi hutang piutang, tunaikan hak-hak pekerja atau bawahan yang merupakan tanggung jawab kita.

    Persoalan pokok yang mesti dituntaskan sebelum ajal tiba, ada dua hal, yaitu: hablun minallah, hubungan dengan Allah dan hablun minannas, hubungan dengan manusia.

    Kedua hal ini bisa melempangkan jalan ke surga, atau sebaliknya, bisa sebagai penghambat dari memperoleh kasih sayang Allah swt.

    ReplyDelete
  2. Pada suatu kesempatan, Nabi saw menasihati putri kesayangan beliau yang bernama Fathimah. "Wahai Fathimah binti Muhammad, beramallah untuk bekal (akhirat)-mu. Karena aku (Nabi saw) tidak akan bisa menolong engkau sedikitpun di akhirat nanti," tegas Rasulullah saw.

    "Subhaanallah," begitulah nasihat Nabi saw untuk Fathimah. Dan memang orangtua tidak dapat memberikan garansi kepada anak-anaknya, kecuali sang anak mau berupaya menggapai surga itu.

    Perhatikanlah apa yang terjadi pada Nabi Nuh as. Beliau berpisah dengan sang anak, lantaran si anak tidak mau mengikutinya beriman. Bahkan ketika air banjir bandang datang, ketika sang anak timbul tenggelam dipermainkan gelombang air bah, sebagai ayah, Nuh as tidak tega melihatnya. Dan diapun berdoa:

    "Ya Rabbi, itu anakku adalah keluargaku. Sungguh janji Engkau benar, dan hanya Engkau Hakim yang Maha Adil," pinta Nuh as.

    Allah swt menjawab: "Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah tergolong keluargamu, karena dia tidak beramal sholeh. Maka janganlah engkau meminta kepadaKu sesuatu yang engkau tidak mengetahuinya,".

    Ternyata, sekalipun itu adalah anak kandung nabi Nuh as, namun jika dia tidak beriman, maka Allah swt mengatakan bahwa anak itu bukanlah termasuk anggota keluarganya.

    Di samping usaha keras untuk mendidik dan mengarahkan tanggung jawab kita, anak-anak tercinta bersama isteri, agar kelak dapat berkumpul di surga Allah, maka janganlah lupa berdoa untuk meraih kebahagiaan tersebut.

    Karena sesungguhnya kebahagiaan hakiki itu adalah, tatkala kita bisa berkumpul dengan keluarga dalam keadaan beriman dan bertakwa saat di dunia, kemudian berhasil pula berkumpul kembali di surga Allah swt kelak. Semoga saja kita bisa meraihnya.

    Namun ingatlah akan Hadits Nabis saw: "Nanti di hari Kiamat, seseorang suami diseret ke tengah-tengah Padang Mahsyar. Bergelayutan isteri dan anak-anaknya di lengan kanan dan lengan kirinya,".

    Ketika dihisab, ternyata sang suami bisa masuk surga, lantaran amalnya cukup. Sementara sang isteri dan anak-anaknya dinyatakan masuk neraka, lantaran kurang amal saat di dunia.

    Lalu sang isteri berkata: "Ya Allah, demi keadilan Engkau. Saya dinikahi dan dipergauli, tapi saya tidak diajari Islam yang saya tidak mengerti. Ambil hak kami dari laki-laki ini," ujar isterinya sambil menunjuk-nunjuk suaminya.

    Lalu anak-anaknyapun protes: "Ya Allah, demi keadilan Engkau. Saya dinafkahi dan diberi harta, tapi saya tidak diajari Islam yang saya tidak mengerti. Ambil hak kami dari ayah kami ini," ujar anak-anaknya.

    ReplyDelete
  3. Rasulullah saw terjaga dari tidurnya, ketika diberitahu ada Abdurrahman bin ‘Auf datang bertamu. Rupanya beliau saw sempat terlelap sejenak, saat rehat menjelang Ashar itu.

    Di pipi Nabi saw masih jelas gurat-gurat kasarnya tikar anyaman pelepah kurma, tempat merebahkan diri ditengah panasnya gurun. Melihat wajah Rasulullah saw seperti itu, "Apakah aku bawakan hambal (permadani tebal) untukmu ya Rasulullah," ujar Abdurrahman.

    "Tidak usah, ya Abdurrahman. Bagiku dunia ini hanyalah bagaikan seorang musafir yang tengah istirahat sejenak di bawah kerindangan pohon, lalu ia akan melanjutkan perjalanannya kembali," jawab Nabi saw.

    Sepuluh malam terakhir Ramadhan, sambil menanti 'Lailatul Qadr', adalah saat yang tepat untuk muhasabah diri. Menghitung-hitung diri, introspeksi, menakar-nakar atau istilah anak muda Jakarta "Ngaca" diri.

    Siapa diri kita sesungguhnya?. Dari mana asal kita, sedang apa kita, lalu nanti setelah ini akan ke mana?. Lalu apakah kita ini pencipta atau justru hanya hasil ciptaan. Apakah kita kaya atau fakir di hadapan Allah swt. Kita tahu segala hal dan berilmu atau sebaliknya 'jahil'. Apakah kita kuat atau sebenarnya hanyalah makhluk yang lemah.

    Dulu wujud diri kita tidak ada apa-apanya sama sekali, lalu menjadi ada. Dimulai dari ruh, yang Allah swt tiupkan ke dalam rahim ibunda. Sehingga janin dalam kandungan itu mulai bergerak, disempurnakan proses kejadiannya. Lalu setelah kurang lebih 9 bulan 10 hari, lahirlah kita ke dunia.

    Dibesarkan oleh ibunda dengan penuh kasih sayang, diberi nafkah oleh ayah, lalu menjadi dewasa, tua dan kemudian manusia akan diwafatkan. Dan hal ini pasti akan terjadi atas setiap diri yang bernyawa.

    Ternyata kita adalah makhluk ciptaan Allah, yang diciptakan untuk beribadah, mengabdikan diri pada-Nya. Merepresentasikan kehendak-kehendak-Nya di muka bumi, yaitu tugas sebagai khalifah.

    Sudah selayaknya pula, bahwa perbuatan dan amal-amal kita, tidak menyimpang dari petunjuk dan bimbingan Al-Qur’an dan sunnah. Yang memang diciptakan Allah sebagai petunjuk kehidupan.

    Akan ada evaluasi total di akhirat nanti. Akan ada "rewards and punishment" atas setiap perbuatan. Besar kecil, baik buruk, halal haram, boleh atau tidak boleh.

    Apakah berkaitan dengan Allah swt, dengan manusia atau bahkan hal-hal yang berkaitan dengan hewan dan tumbuhan. Semuanya akan diputuskan dengan haq, penuh keadilan, pengadilan tanpa intervensi siapapun.

    Dari keterangan Nabi saw, melalui haditsnya, ternyata puncak kebahagiaan itu nanti adalah: masuk surga, lalu berjumpa dengan Allah swt dan bercakap-cakap dengan-Nya. Disinilah terminal akhir kehidupan manusia.

    "Maka barang siapa yang berharap akan berjumpa dengan Allah swt, maka hendaklah ia beramal sholeh dan tidak mempersekutukan Allah -saat beribadah- dengan sesuatu apapun" QS Al-Kahfi : 110.

    Ya Allah, sungguh Engkau benar, kata-kata Engkau benar, janji Engkau benar dan perjumpaan dengan-Mu adalah benar. Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

    Semoga saja kita, beserta isteri dan anak cucu kita, tidak dihalau ke tempat celaka, yaitu neraka jahiiim. "Na’udzubillahi min dzalik".(*)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Membuat Es Campur

Resepi Aiskrim Coklat Choki Choki Viral Paling Sedap

Cara Membuat Es Krim Biskuit